Foto: Arizona State University Fotografer: Tom Story
Pemanfaatan Forsa-Forsa Ruang Hiper
Kapan kita bisa memanfaatkan forsa-forsa ruang hiper? Agar mampu memanfaatkan daya (power)
ruang hiper, kita pertama-tama harus mengukuhkan teori ruang hiper,
sekurang-kurangnya secara tidak langsung, di abad ke-21. Akan tetapi,
skala energi yang dibutuhkan untuk memanipulasi (dan tidak sekadar
mengukuhkan) ruang-waktu dasadimensional agar kita menjadi “penguasa
alam semesta” masih jauh selama banyak abad melampaui teknologi masa
kini. Jumlah materi-energi yang sangat besar dibutuhkan untuk melakukan
tindakan-tindakan hebat yang hampir sama dengan mujizat, seperti
menciptakan lubang-lubang hitam dan mengubah arah waktu.
Bagaimanakah kita menjadi penguasa dimensi
kesepuluh? Kita entah berjumpa dengan kehidupan cerdas di dalam galaksi
kita yang sudah memanfaatkan tingkat-tingkat energi yang sangat besar
ini, atau kita berjuang selama beberapa ribu tahun sebelum kita sendiri
mencapai kemampuan ini. Energi yang dibutuhkan untuk menyelidiki energi
dahsyat ini bisa menghendaki peremuk-peremuk atom yang panjangnya
miliaran kilometer, atau suatu teknologi yang sama sekali baru, sebesar
10 pangkat 19 miliar volt elektron. Energi sebesar ini sekuadriliun
(angka 1 diikuti 15 angka nol) kali lebih besar dari energi yang bisa
disediakan akselerator terbesar kita di Jenewa, Swis.
Teknologi Berkembang Secara Eksponensial
Ini tidak berarti tidak ada kemungkinan bagi
kita untuk mengolah energi ruang hiper di masa depan. Secara historis,
teknologi berkembang secara eksponensial. Manusia purba muncul di
bumi sekitar 2 juta tahun yang lalu. Dari sudut-pandang energi, tingkat
kemajuan teknologi manusia selama sekitar 1.8 juta tahun sebesar
sekitar 99,99%, hanya setingkat di atas tingkat teknologi hewan-hewan.
Barulah selama 200 tahun terakhir pertumbuhan pengetahuan ilmiah
bersifat eksponensial; artinya, tingkat perluasan pengetahuan ilmiah
proporsional terhadap seberapa banyak yang sudah diketahui. Semakin kita
tahu, semakin cepat kita bisa tahu lebih banyak. Misalnya, kita sudah
menumpuk lebih banyak pengetahuan sejak Perang Dunia II dibanding semua
pengetahuan yang kita tumpuk selama 2 juta tahun kehidupan kita di bumi.
Sesungguhnya, jumlah pengetahuan yang diperoleh para ilmuwan kita
berlipat ganda kira-kira setiap 10 sampai dengan 20 tahun. Dengan
perkembangan pengetahuan ilmiah dan teknologi secara eksponensial selama
beberapa ratus tahun terakhir, kita bisa memperkirakan atau
membayangkan kemampuan kita mengolah energi ruang hiper atau energi
adiforsa di masa depan.
Peradaban Tipe I, II, dan III
Menambang energi adiforsa itu di masa depan
berkaitan erat dengan tingkat peradaban yang memberi pengetahuan ilmiah
dan teknologi yang dibutuhkan untuk memanfaatkan energi itu. Peradaban
manakah yang akan mampu menjadi penguasa dimensi kesepuluh? Pandangan
Nikolai Kardashev, seorang ahli astronomi bekas Uni Soviet, dan
perluasan teorinya bisa menjawab pertanyaan ini.
Kardashev mengelompokkan peradaban masa depan
(entah peradaban kita entah peradaban di luar angkasa) ke dalam tiga
tipe. Ada peradaban Tipe I, Tipe II, dan Tipe III. Tipe-tipe dia
diperluas oleh Michio Kaku dengan menambahkan peradaban Tipe 0.
Peradaban Tipe I
Peradaban jenis ini sudah mengendalikan
sumber-sumber energi suatu planet. Peradabannya bisa mengendalikan
cuaca, mencegah gempa bumi, menambang jauh ke dalam lapisan kerak bumi,
dan memanen samudera. Peradaban ini sudah menyelesaikan penjelajahan
tata suryanya.
Peradaban Tipe II
Peradaban macam ini mengendalikan tenaga
matahari sendiri. Ia tidak hanya memanfaatkan tenaga matahari tapi juga
menambang matahari. Energi yang dibutuhkan peradaban ini begitu besar
sehingga ia secara langsung memakai tenaga matahari untuk menggerakkan
mesin-mesinnya. Peradaban ini akan memulai koloninasi sistem-sistem
bintang lokal (yang mencakup matahari dan planet yang menerima
sinarnya).
Peradaban Tipe III
Peradaban ini mengendalikan tenaga suatu
galaksi. Sebagai suatu sumber tenaga, ia memanfaatkan tenaga miliaran
sistem bintang di dalam galaksi itu. Ia barangkali sudah menguasai
persamaan-persamaan Einstein dan bisa memanipulasi ruang-waktu sesuka
hati.
Peradaban Tipe 0
Dasar pengelompokan Nikolai Kardashev agak
sederhana. Setiap tingkat dikelompokkan berdasarkan sumber tenaga yang
memberi energi pada peradaban. Peradaban Tipe I memakai tenaga suatu
planet. Peradaban Tipe II memakai tenaga suatu bintang. Peradaban Tipe
III memakai tenaga suatu galaksi. Pengelompokan ini mengabaikan ramalan
apa pun tentang sifat rinci dari peradaban-peradaban masa depan (yang
cenderung keliru) dan sebagai gantinya memusatkan perhatian pada
segi-segi yang secara beralasan bisa dipahami oleh hukum-hukum ilmu
fisika, seperti persediaan energi.
Sebaliknya, peradaban kita, menurut Michio
Kaku, bisa digolongkan sebagai peradaban Tipe 0. Ia baru saja mulai
merintis sumber-sumber daya planeter tapi tidak memiliki teknologi dan
sumber daya untuk mengendalikannya. Suatu peradaban Tipe 0 seperti yang
kita miliki memperoleh energinya dari bahan bakar fosil seperti minyak
bumi dan batu bara dan, dalam kebanyakan negara berkembang, memperoleh
energinya dari tenaga kasar manusia. Komputer-komputer paling besar kita
bahkan tidak bisa meramalkan cuaca, apalagi mengendalikannya. Dipandang
dari perspektif yang lebih besar ini, kita sebagai suatu peradaban
mirip seorang bayi yang baru lahir.
Kenaikan Eksponensial dari Peradaban Tipe 0 ke Tipe III
Gerak naik dari peradaban Tipe 0 ke Tipe III
diperkirakan akan berlangsung selama jutaan tahun. Akan tetapi, ada
suatu fakta luar biasa tentang rancangan penggolongan ini: kenaikannya
bersifat eksponensial dan karena itu berlangsung jauh lebih cepat
daripada apa pun yang bisa kita segera bayangkan.
Misalnya, sumber energi terbesar yang ada
pada peradaban Tipe 0 kita adalah bom hidrogen, suatu senjata nuklir
berdaya ledak dahsyat. Teknologi kita begitu primitifnya sehingga kita
melepaskan daya fusi hidrogen dengan mendetonasi sebuah bom lebih
daripada mengendalikannya dalam suatu generator daya. Akan tetapi, suatu
badai yang sederhana membangkitkan daya ratusan bom hidrogen. Jadi
pengendalian cuaca, suatu ciri utama peradaban Tipe I,
sekurang-kurangnya berada sejauh satu abad dari teknologi kita sekarang.
Serupa dengan itu, suatu peradaban Tipe I
sudah membangun koloni pada kebanyakan tata suryanya. Kolonisasi ruang
angkasa diperkirakan akan memakan beberapa abad; secara khusus,
kolonisasi Mars diperkirakan akan dilakukan antara tahun 2060 dan 2070.
Sebaliknya, peralihan dari suatu peradaban
Tipe I ke Tipe II bisa membutuhkan hanya 1.000 tahun. Dengan mengingat
akan pertumbuhan eksponensial dari peradaban, kita bisa berharap bahwa
dalam 1.000 tahun kebutuhan energi suatu peradaban akan begitu besarnya
sehingga ia harus menambang matahari demi menggerakkan mesin-mesinnya.
Suatu contoh khas dari suatu peradaban Tipe II adalah Federasi Planet-Planet yang dilukiskan dalam seri fiksi ilmiah “Star Trek.”
Peradaban dalam seri film ini baru saja mulai menguasai forsa
gravitasional – yaitu, seni melengkungkan ruang-waktu melalui
lubang-lubang cacing – dan karena itu, untuk pertama kali, memiliki
kemampuan untuk mencapai bintang-bintang di sekitarnya. Peradaban Tipe
II sudah menghindari batas kecepatan cahaya dengan menguasai teori
relativitas umum Einstein. Koloni-koloni kecil sudah didirikan pada
beberapa sistem bintang ini, yang mati-matian dilindungi oleh kapal
ruang angkasa Enterprise. Kapal ruang angkasa ini digerakkan oleh
tumbukan antara materi dan antimateri. Kemampuan untuk menciptakan
konsentrasi besar antimateri yang cocok bagi perjalanan ruang angkasa
menempatkan peradaban itu sejauh banyak abad sampai dengan seribu tahun
dari peradaban kita.
Bergerak naik ke suatu peradaban Tipe III
bisa membutuhkan beberapa ratus ribu tahun atau lebih. Isaac Asimov,
seorang penulis fiksi ilmiah, yang meramalkan jangka waktu ini memerikan
gerak naik, keruntuhan, dan kebangkitan kembali suatu peradaban
galaktik. Jangka waktu setiap peralihan ini melibatkan ribuan tahun.
Peradaban ini sudah memanfaatkan sumber energi yang terdapat dalam
galaksi itu sendiri. Baginya, mesin pendorong yang melengkungkan
ruang-waktu bukanlah hanya suatu bentuk eksotik dari perjalanan; ia
adalah sarana baku dari perdagangan dan perniagaan antara sektor-sektor
galaksi. Jadi, dibanding dengan spesis kita yang membutuhkan dua juta
tahun untuk mendirikan suatu peradaban modern, kita bisa membutuhkan
hanya ribuan tahun untuk meninggalkan tata surya kita dan membangun
suatu peradaban galaktik.
Salah satu pilihan bagi suatu peradaban Tipe
III adalah pemanfaatan daya supernova atau lubang-lubang hitam.
Kapal-kapal ruang angkasa peradaban ini bahkan bisa mampu menyelidiki
inti galaktik, barangkali yang paling misterius dari semua sumber daya
energi. Para astrofisikawan sudah berteori bahwa ukuran luar biasa dari
inti galaktik mengakibatkan pusat galaksi kita boleh jadi berisi jutaan
lubang hitam. Kalau benar, ini secara praktis akan menyediakan jumlah
tak terbatas dari energi.
Sampai pada pokok ini, memanipulasi
energi-energi sejuta juta kali lebih besar dari energi-energi masa kini
dimungkinkan. Jadi, untuk suatu peradaban Tipe III, yang sudah menguasai
pemanfaatan energi dari sistem-sistem bintang yang tak terkira
jumlahnya dan dari inti galaktik, penguasaan dimensi kesepuluh menjadi
suatu kemungkinan yang nyata.
Astrochicken
Agar mampu mewujudkan peradaban Tipe I, II,
dan III, umat manusia perlu mengatasi berbagai tantangan. Menurut
Freeman Dyson, seorang fisikawan senior pada Lembaga Penelitian Tingkat
Maju Universitas Princeton (AS), tantangan itu mencakup arah yang baru
dalam penjelajahan ruang angkasa, hakekat kehidupan makhluk-mahkluk
ruang angkasa, dan masa depan peradaban.
Agar mampu beralih dari peradaban Tipe 0 ke
Tipe I, Dyson mengusulkan suatu program penjelajahan ruang angkasa yang
baru dari AS. Program itu dia namakan Astrochicken.
Istilah ini mengacu pada suatu pesawat peneliti ruang angkasa serba bisa berukuran kecil, ringan, dan cerdas. Astrochicken
akan berbobot satu kilogram, tidak dikonstruksi tapi ditumbuhkan,
memiliki otak seberat satu gram, bergerak lincah, sebagian mesin
sebagian hewan, dan memakai perkembangan yang paling maju dalam rekayasa
bio (bioengineering). Selanjutnya, pesawat model baru ini akan
diberi daya yang cukup untuk menjelajahi planet-planet di ruang angkasa,
seperti Uranus dan Neptunus. Ia tidak akan membutuhkan jumlah bahan
bakar roket yang besar sekali; ia akan dibiakkan dan diprogram untuk
“memakan” es dan hidrokarbon yang ditemukan di lingkaran-lingkaran
keliling planet-planet ruang angkasa. Ususnya yang direkayasa secara
genetik akan mencerna bahan-bahan ini menjadi bahan bakar kimiawi.
Begitu selera makannya sudah dipuaskan, ia akan meroket ke bulan atau
planet berikut.
Astrochicken bergantung pada
terobosan-terobosan teknologis dalam rekayasa genetik, kecerdasan
buatan, dan mesin penggerak bertenaga listrik-matahari. Dengan
mempertimbangkan kemajuan hebat dalam bidang-bidang ini, Dyson
memperkirakan bahwa berbagai teknologi Astrochicken bisa diperoleh menjelang tahun 2016.
Peradaban Tipe III di Ruang Angkasa
Kalau kita barangkali membutuhkan waktu yang
lama untuk mewujudkan peradaban Tipe III, kita barangkali akan betemu
dengan suatu peradaban luar angkasa suatu hari. Peradaban itu sudah
memanfaatkan ruang hiper untuk kebutuhannya dan mau berbagi teknologinya
dengan kita.
Beberapa planet dalam tata surya kita – Mars,
Yupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus – sudah diteliti melalui
satelit-satelit seperti Viking tahun 1970-an dan Voyager
tahun 1980-an. Tapi informasi yang diperoleh sejauh ini menunjukkan
bahwa planet-planet itu terpencil, tandus, tanpa bentuk-bentuk hidup apa
pun, dan tanpa air atau samudera. Tidak sekalipun ditemukan peradaban
apa pun atau puing-puingnya di planet-planet itu.
Penelitian ruang angkasa melampaui tata surya
kita pun belum memberi tanda-tanda akan adanya peradaban Tipe I, II,
atau III di luar angkasa. Tapi ini tidak berarti jenis-jenis peradaban
itu tidak mungkin tidak ada di antara sekian miliar galaksi
(masing-masing berisi sekian miliar bintang) di alam semesta. Bima
Sakti, galaksi kita, misalnya, berisi sekitar 200 miliar bintang. Anggap
saja 10 persen di antaranya – jadi, 200.000 bintang – memiliki
planet-planet berdekatan yang mempunyai bentuk-bentuk hidup yang cerdas.
Jaraknya yang paling dekat dengan matahari kita sejauh 15 tahun cahaya.
Dengan asumsi bahwa peradaban Tipe II atau III sudah menguasai
teknologi radiasi elektromagnetik selama ribuan tahun, kita dari
peradaban Tipe 0 sudah bisa mendeteksi siaran jumlah yang banyak sekali
dari radiasi elektromagnetik yang menandakan kehadiran mereka pada
sekurang-kurangnya satu dari planet-planet yang masing-masing berdekatan
dengan 200.000 bintang itu.
Mengapa diperkirakan ada kehidupan cerdas
lain di luar angkasa? Hukum probabilitas menyukai adanya kecerdasan lain
di dalam galaksi. Galaksi itu memang berlimpah-limpah dengan
bentuk-bentuk yang maju dari peradaban.
Kalau memang ada kecerdasan lain di luar
sana, mengapa kita tidak menemukannya? Salah satu jawabannya adalah
bahwa peradaban dengan kecerdasan itu cukup maju untuk menyembunyikan
keberadaannya dari mesin-mesin penelitian ruang angkasa kita. Kita tidak
berarti apa pun bagi mereka karena kemajuannya jutaan tahun mendahului
kemajuan kita.
Ada alasan lain mengapa kita sejauh ini belum
menemukan tanda-tanda peradaban luar angkasa itu. Pertemuan dua tipe
peradaban yang tidak setara, seperti peradaban Tipe 0 dan Tipe III,
sering mempunyai implikasi kerusakan pada peradaban yang lebih lemah –
peradaban Tipe 0. Demi kemajuan, peradaban kita akan berkembang ke arah
tipe yang lebih tinggi, barangkali tanpa pengaruh peradaban-peradaban
yang lebih maju di luar angkasa.
Naik dan Runtuhnya Peradaban
Alasan lain lagi kita barangkali tidak akan
bertemu dengan peradaban-peradaban lebih maju di luar angkasa?
Peradaban-peradaban sangat maju itu hancur karena tidak mampu mengatasi
serangkaian bencana, alami dan yang ditimbulkannya sendiri. Kalau teori
ini betul, kapal-kapal ruang angkasa kita suatu hari barangkali akan
menemukan puing-puing peradaban tua di planet-planet yang jauh, atau
peradaban kita pun barangkali akan mengalami kehancurannya juga.
Demi kelanjutan peradaban kita, apa yang
harus kita lakukan? Kita harus mengidentifikasi beberapa halangan
penting yang harus kita lewati selama ribuan tahun mendatang sebelum
kita bisa menjadi penguasa dimensi kesepuluh. Halangan-halangan itu
mencakup halangan uranium, ambruknya ekologi, suatu abad es yang baru,
perjumpaan jarak dekat astronomis, Nemesis (Bintang Maut) dan kepunahan,
dan matinya matahari dan galaksi Bima Sakti.
Halangan uranium
Pengembangan dan pemakaian bom atom menjelang
akhir Perang Dunia II dan pengembangan bom hidrogen sesudah perang
besar itu menunjukkan bahwa manusia menguasai kemungkinan menimbulkan
pemusnahan total atas kehidupannya dan bentuk-bentuk hidup lainnya di
bumi. Sesudah Uni Soviet bubar, bekas negara komunis itu masih memiliki
sekitar 50.000 senjata nuklir yang bisa ditembakkan secara tepat dengan
memakai roket-roket. Seandainya jumlah senjata nuklir itu dipakai dalam
suatu perang skala global melawan AS dan negara-negara lain sebagai
musuhnya, pemusnahan yang bisa dan sulit kita bayangkan bisa terjadi.
Tapi kalau rudal-rudal nuklir tidak
menghancurkan setiap orang dalam tembakan-tembakan awal suatu perang
nuklir, kita bisa membayangkan kematian mengerikan karena musim dingin
nuklir. Selama musim itu, jelaga dan abu dari kota-kota yang terbakar
perlahan-lahan menghentikan semua sinar matahari pemberi hidup.
Akhirnya, ada bahaya dari pengembangan
nuklir. India, Pakistan, Korea Utara, dan Israel, misalnya, sudah
mengembangkan bom-bom atom. Data intelijens AS menyingkapkan bahwa dua
puluh negara lain akan memiliki bom-bom nuklir menjelang tahun 2000.
Bom-bom itu akan dikembangkan secara cepat di kawasan-kawasan paling
panas dunia, termasuk Timur Tengah.
Situasinya sangat tidak stabil, dan akan
terus demikian ketika bangsa-bangsa bersaing demi sumber-sumber daya
yang menipis dan demi lingkaran pengaruh. Tidak hanya masyarakat kita
tapi juga setiap peradaban yang cerdas di dalam galaksi yang mendirikan
suatu masyarakat industrial akan menemukan unsur 92 (uranium) dan dengan
penemuan itu memiliki kemampuan untuk melakukan kehancuran massal.
Unsur 92 mempunyai sifat menahan suatu reaksi berantai dan melepaskan
jumlah yang sangat besar dari energi yang tersimpan dalam intinya.
Kemampuan menguasai unsur 92 bisa mengakibatkan kehidupan berkembang
atau hancur melalui api nuklir.
Peradaban Tipe 0 timbul banyak kali dalam
sejarah galaksi kita selama 5 miliar sampai dengan 10 miliar tahun. Tapi
semuanya akhirnya menemukan unsur 92. Kemampuan teknologi suatu
peradaban yang berkembang lebih cepat dari masyarakatnya bisa diikuti
munculnya berbagai negara-bangsa yang bermusuhan. Ada peluang yang
besar bahwa peradaban itu sudah lama menghancurkan dirinya sendiri dalam
suatu perang atomik.
Untuk menjadi penguasa dimensi kesepuluh,
kita harus mampu melewati halangan uranium tadi. Kita harus menjaga
keseimbangan antara perkembangan teknologi dan masyarakat. Kalau kita
ingin berkomunikasi dengan suatu peradaban yang maju, kita harus
memindainya pada era yang tepat sebelum peradaban itu meledakkan dirinya
sendiri.
Ambruknya ekologi
Dengan asumsi bahwa suatu peradaban Tipe 0
bisa menguasai uranium tanpa membinasakan dirinya dalam suatu perang
nuklir, halangan berikut adalah kemungkinan ambruknya ekologi. Sebelum
mencapai peradaban Tipe I, penduduk peradaban Tipe 0 bisa menghabiskan
sumber daya alaminya. Masa kini, jumlah penduduk dunia sekitar 6 miliar
orang. Pertambahan jumlah populasi dunia akan menimbulkan tekanan pada
sumber-sumber daya alami dan memperburuk masalah polusi. Salah satu
bahaya yang paling nyata adalah peracunan atmosfir, dalam bentuk karbon
dioksida, yang membuat sinar matahari terperangkap dan meningkatkan suhu
rata-rata sedunia dan bisa menghasilkan suatu efek rumah hijau. Bencana
kelaparan dan ekonomi bisa menyebar pada suatu skala global.
Untuk mengatasi bahaya ambruknya ekologi,
kita membutuhkan suatu kebijakan planeter yang terkoordinasi. Yang
mendesak untuk dipecahkan adalah masalah karbon dioksida. Dua cara
pemecahan masalah ini mencakup energi matahari dan pabrik fusi. Energi
matahari sebagai bahan bakar masa depan bersih karena tidak menghasilkan
karbon dioksida. Daya fusi yang menggabungkan atom-atom hidrogen dalam
air laut pun bisa menghasilkan bahan bakar yang bersih. Kedua sumber
energi ini bisa tersedia selama beberapa abad bagi peradaban Tipe 0
sebelum masyarakat peradaban ini mampu membuat peralihan ke peradaban
Tipe I.
Kita juga membutuhkan kebijakan planeter yang
menjamin keseimbangan antara kemajuan teknologi dan masyarakat. Di satu
pihak, ada negara-bangsa tertentu yang menghasilkan polusi dan ancaman
bom nuklir; di pihak lain, tindakan untuk mengatasi polusi dan halangan
uranium bersifat planeter. Selama ada ketimpangan ini, bahaya ambruknya
ekologi planeter masih mengancam. Maka, ambruknya ekologi dan halangan
uranium akan ada sebagai bencana-bencana yang mengancam kehidupan bagi
peradaban Tipe 0 sampai bahaya ini diatasi.
Suatu abad es yang baru
Suatu abad es bisa berlangsung antara puluhan
ribu dan ratusan ribu tahun. Suatu abad es diduga terjadi karena
aliran-aliran dari kutub menggerakkan massa udara kutub yang membeku
makin ke arah selatan kutub. Gerak ke arah selatan itu lalu
mengakibatkan suhu anjlok keliling dunia dan menghasilkan suatu abad es.
Abad es itu menimbulkan kerusakan besar pada ekologi bumi dengan
melenyapkan puluhan bentuk hidup mamalian dan barangkali memunculkan
ras-ras baru, suatu gejala yang relatif baru.
Untuk mengatasi abad es berikutnya, penduduk
peradaban Tipe 0 membutuhkan kemampuan mengendalikan cuaca. Akan tetapi,
sejauh ini, teknologi kita – khususnya, komputer – belum mampu membuat
ramalan yang cermat tentang cuaca esok hari dan bahkan tentang abad es
berikut.
Meskipun demikian, peradaban Tipe 0 kita
sangat berpeluang mengendalikan cuaca kalau ia berhasil mengatasi
halangan uranium dan ambruknya ekologi dan mencapai suatu peradaban Tipe
I. Peradaban ini akan memiliki kemampuan untuk mengendalikan cuaca
dalam beberapa ratus tahun. Kalau umat manusia mampu mencapai status I
atau yang lebih tinggi sebelum abad es berikut muncul, mereka akan mampu
mencegah kehancuran dirinya karena abad es. Mereka entah akan mengubah
cuaca dan mencegah abad es atau meninggalkan bumi.
Perjumpaan jarak dekat astronomis
Dalam jangka waktu dari beberapa ribu sampai
dengan beberapa juta tahun, peradaban Tipe 0 dan I belum aman. Mereka
harus waspada terhadap tabrakan planetnya dengan asteroid dan supernova
yang dekat dengan planetnya.
Orbit bumi melintasi orbit banyak asteroid. Ini mengakibatkan kemungkinan asteroid menabrak bumi sangat besar.
Pada bulan Januari 1991, NASA (badan
penerbangan luar angkasa Amerika Serikat) memperkirakan bahwa ada antara
sekitar 1.000 dan 4.000 asteroid berdiameter lebih besar dari 800 meter
yang melintasi orbit bumi. Akan tetapi, hanya sekitar 150 dari asteroid
besar ini yang sudah dijejaki secara memadai melalui radar.
Selanjutnya, ada sekitar 30.000 asteroid berdiameter sekurang-kurangnya
sekitar 90 meter yang melintasi orbit bumi. Sayangnya, para ilmuwan
hampir tidak tahu tentang asteroid-asteroid yang lebih kecil ini.
Apa jadinya seandainya sebuah asteroid
raksasa berdiameter beberapa kilometer menabrak bumi? Kerak bumi akan
retak, miliaran ton magma yang meleleh akan dimuncratkan, dan gempa bumi
serta gelombang pasang raksasa akan melanda seluruh bumi. Kiamat atau
bencana mirip kiamat timbul bagi umat manusia dan ekologi bumi.
Salah satu cara bagi suatu peradaban Tipe 0
atau I untuk mencegah tabrakan asteroid adalah menghancurkan asteroid
itu di luar angkasa. Roket-roket berisi bom-bom hidrogen ditembakkan
untuk mencegat dan mengalihkan arah orbit asteroid itu sementara ia
masih sejauh puluhan juta kilometer dari bumi.
Meskipun lebih jarang, tapi lebih spektakuler
dari tabrakan asteroid, adalah ledakan supernova dekat bumi. Sebuah
supernova yang meledak melepaskan jumlah luar biasa dari energi, lebih
besar dari keluaran ratusan miliar bintang, sampai ia akhirnya lebih
terang dari seluruh galaksi itu sendiri. Ledakannya menghasilkan
ledakan-ledakan sinar x yang cukup untuk menimbulkan gangguan-gangguan
hebat pada bumi. Paling buruk, ledakan itu cukup untuk menghancurkan
semua bentuk hidup di bumi.
Sayangnya, supernova memberi sedikit
peringatan tentang ledakannya. Suatu ledakan supernova sangat cepat, dan
radiasinya merambat pada kecepatan cahaya, sehingga suatu peradaban
Tipe I harus melakukan upaya meloloskan diri secara cepat ke luar
angkasa. Satu-satunya sikap berhati-hati yang bisa diambil peradaban ini
ialah memonitor secara teliti bintang-bintang terdekat yang akan
berubah menjadi supernova.
Faktor Nemesis dan kepunahan
Kepunahan tiba-tiba dinosaurus terjadi 65
juta tahun yang lalu oleh tabrakan sebuah komet atau asteroid pada bumi.
Bekas tabrakan dahsyat itu diduga adalah suatu kawah berdiameter 176
kilometer di desa Chicxulub, Yucatan, Meksiko. Metode penanggalan
radioaktif menunjukkan bahwa kawah Yucatan itu berusia kurang lebih
64.98 juta tahun, kira-kira antara periode Tersier dan Kretasius.
(Masing-masing mengacu pada dua periode waktu geologis yang berbeda;
periode Tersier antara 65 juta dan 1.6 juta tahun yang lalu sementara
periode Krestasius antara 144 juta dan 65 juta tahun yang lalu.)
Punahnya dinosaurus adalah salah satu dari
beberapa kepunahan massal yang terdokumentasi dengan baik. Misalnya,
kepunahan massal yang mengakhiri periode Permian (antara 290 juta dan
248 juta tahun yang lalu) menghancurkan 96% dari semua spesis tanaman
dan hewan 250 juta tahun yang lalu. Sesungguhnya, sudah terjadi lima
kepunahan massal dari kehidupan hewan dan tanaman. Kalau kepunahan
massal yang kurang terdokumentasi dengan baik dimasukkan, kita menemukan
suatu pola: kira-kira setiap 26 juta tahun, terjadi suatu kepunahan
massal.
Apa penyebab suatu siklus waktu sebanyak 26
juta tahun itu? Nemesis atau Bintang Maut, sebuah bintang kembar yang
tidak tampak dari matahari kita. Setiap 26 juta tahun, Nemesis mengitari
matahari kita, kembarnya. Sementara Bintang Maut itu menembus awan Oort
(suatu awan komet-komet yang diduga ada di luar orbit Pluto), ia
membawa sertanya hujan komet-komet yang tidak kita inginkan. Beberapa
komet itu menghantam bumi dan menimbulkan puing-puing yang cukup yang
menghalangi sinar matahari mencapai permukaan bumi. Timbullah sebagai
akibatnya kepunahan massal kehidupan hewan dan tanaman.
Masa kini, kita ada di antara siklus-siklus
kepunahan massal. Artinya, Nemesis, kalau ada, terdapat pada titiknya
yang paling jauh dalam orbitnya (barangkali sejauh beberapa tahun
cahaya). Ini memberi kita waktu sekitar 10 juta tahun sebelum Nemesis
muncul.
Untungnya, menjelang waktu komet-komet dari
awan Oort melintasi tata surya kita lagi, kita sudah mencapai suatu
peradaban Tipe III. Ini berarti kita akan menaklukkan tidak hanya
bintang-bintang dekat planet kita tapi juga bepergian melewati
ruang-waktu.
Kematian matahari
Matahari kita adalah sebuah bintang yang baru
mencapai separuh dari usianya, sekitar 5 miliar tahun. Ia barangkali
akan tetap menjadi sebuah bintang kuning selama 5 miliar tahun lagi.
Sesudah itu, matahari kita akan mati. Ia kehabisan bahan bakar
hidrogennya, membakar helium, menjadi suatu raksasa merah sesudah
mengembang secara luar biasa, atmosfirnya yang mengembang sangat cepat
menjangkau orbit Mars dan bumi, menggoreng bumi dengan suhunya yang luar
biasa panasnya, dan menghanguskan bumi dan molekul-molekul dalam tubuh
manusia.
Berbeda dengan supernova, akan ada peringatan
yang cukup dari matahari sebelum ia mati. Kalau kita hidup sampai
dengan masa menjelang kematian matahari dan mengetahui tanda-tanda
kematiannya, kita bisa meninggalkan tata surya kita menuju sistem
bintang yang lain yang menunjang kehidupan kita dan yang aman dari
bencana kematian matahari. Menjelang keberangkatan itu, kita sudah
mencapai suatu peradaban Tipe III.
Kematian galaksi
Seperti matahari dalam tata surya kita,
galaksi Bima Sakti tempat tata surya kita ada akan mati juga. Artinya,
sekitar 200 miliar bintang di dalam Bima Sakti akan turut mati.
Apa penyebab matinya Bima Sakti? Galaksi
Andromeda. Galaksi ini adalah tetangga terdekat Bima Sakti, dua atau
tiga kali lebih besar dari galaksi kita, dan berjarak sekitar 2 juta
tahun cahaya. Kedua galaksi ini tengah meluncur cepat dan saling
mendekati pada kecepatan 125 kilometer per detik. Kedua-duanya akhirnya
akan saling bertabrakan dalam waktu antara 5 miliar dan 10 miliar tahun
dari sekarang. Galaksi kita akan ditelan dan dihancurkan galaksi
Andromeda.
Suatu peradaban Tipe III akan mampu
menghindari tabrakan maha dahsyat ini dengan berpindah ke galaksi lain
yang aman dan mampu mengakomodasi kehidupan manusia dan bentuk-bentuk
hidup lainnya. Peradaban macam ini diperkirakan sudah akan ada jauh
sebelum galaksi Bima Sakti mati.
Akhirnya, pada skala miliaran tahun dari
sekarang, alam semesta sendiri akan mati. Dalam kaitan ini, alam semesta
entah terbuka entah tertutup. Dalam kondisi pertama, alam semesta akan
tetap mengembang sampai suhunya berangsur-angsur mencapai titik
mendekati nol. Dalam kondisi kedua, mengembangnya alam semesta akan
dibalikkan dan ia mati dalam suatu Derak Besar (Big Crunch) yang bernyala-nyala.
Itu akan menjadi nasib yang mematikan bagi
peradaban Tipe III. Peradaban masa depan itu tetap tidak bisa
menghindari keterikatannya pada ruang dan waktu, bagian dari alam
semesta yang mati. Maka, meloloskan diri dari satu sistem bintang ke
sistem bintang yang lain menjadi mustahil.
Tapi ada suatu kemungkinan umat manusia di
masa depan lolos dari kematian alam semesta: melalui ruang hiper. Apakah
penguasaan ruang hiper, khususnya dimensi kesepuluh, oleh suatu
peradaban Tipe III di masa depan bisa menyelamatkan umat manusia dari
bencana terakhir itu, yaitu, kematian alam semesta?
Info Audiovisual tentang Peradaban Tipe 0, I, II, dan III
Anda yang ingin memahami lebih baik ramalan
tentang keempat tipe peradaban tadi secara audiovisual bisa mengaksesnya
melalui http://www.youtube.com di Internet. Sesudah membuka situs ini,
ketiklah type 3 civilization pada kotak dialog lalu klik atau Enter. Ada
beberapa video yang bisa Anda baca. Cobalah buka video yang berisi
penjelasan Michio Kaku tentang tipe-tipe peradaban tadi. Video lain yang
memberi penjelasan ringkas dan visual tentang keempat jenis peradaban
itu adalah The History and Future of Earth, Part 10: The Future of
Humans. Video ini meramalkan bahwa peradaban Tipe 0 yang mengembangkan
teknologi militer, holografik, otomotif, laser, robot, nano, penerbangan
ruang angkasa, dan lain-lain akan beralih menjadi peradaban Tipe I pada
tahun 2350. Peradaban ini berlangsung selama 750 tahun lalu beralih
menjadi peradaban Tipe II pada tahun 3100. Sekitar 970.000 tahun
kemudian, peradaban Tipe II beralih ke peradaban Tipe III pada tahun
1.000.000 M. Setiap tipe peradaban tadi menghasilkan pengetahuan dan
teknologi yang menakjubkan yang rinciannya bisa Anda baca dan tonton
pada video kedua.